g Logam Besi (Fe) Besi adalah logam yang berasal dari biji besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi telah ditemukan sejak zaman dahulu dan tidak diketahui siapa penemu sebenarnya dari unsur ini. PertanyaanPerhatikan skema pemekatan hayati pada sungai tercemar di bawah ini! Racun yang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada ....Perhatikan skema pemekatan hayati pada sungai tercemar di bawah ini! Racun yang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada ....PlanktonIkan kecilIkan besarManusiaJawabanopsi jawaban yang paling tepat adalah jawaban yang paling tepat adalah yang didapatkan dari pencemaran sungai pada kasus diatas akan mengendap dan terakumulasi dari tingkat organisme paling bawah yaitu plankton menuju konsumen terakhir yaitu manusia. Sebab, proses rantai makanan ini adalah aliran energi yang nantinya akan sampai di konsumen tingkat atas yang akan mendapatkan akumulasi racun paling besar ketika terjadi pencemaran lingkungan. Sehingga opsi jawaban yang paling tepat adalah yang didapatkan dari pencemaran sungai pada kasus diatas akan mengendap dan terakumulasi dari tingkat organisme paling bawah yaitu plankton menuju konsumen terakhir yaitu manusia. Sebab, proses rantai makanan ini adalah aliran energi yang nantinya akan sampai di konsumen tingkat atas yang akan mendapatkan akumulasi racun paling besar ketika terjadi pencemaran lingkungan. Sehingga opsi jawaban yang paling tepat adalah pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!10rb+AYAhmad Yusuf Ubaidillah Mudah dimengerti Didalam tubuh kita terdapat banyak racun yang mengendap. Racun tersebut berasal dari makanan dan minuman yang tidak dapat diuraikan oleh tubuh sehingga racun itu mengendap di dalam tubuh. Terutama sekarang ini limbah dan zat kimia bertebaran dimana-mana, misal polusi udara dan juga pola makan tidak baik.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID cO6mYAqFNJepKSz0zYeZQUywKzl808TYuwfdtENPpQJU7DkG_l6Upw==
LogamPb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Manusia merupakan predator paling puncak dari jaring-jaring makanan yang bertanggung jawab atas kelangsungan ekosistem, termasuk ekosistem laut. Kebiasaan buruk manusia pada lautan, seperti membuang sampah, dapat berdampak buruk pada kualitas hasil laut yang dikonsumsi. Jaring-jaring makanan terdiri dari rantai makanan yang saling berhubungan. Konsep ini menggambarkan tentang aktivitas makan dan dimakan dalam komunitas ekologis, yang dapat memengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Jika terjadi ketidakseimbangan atau gangguan pada sistem jaring-jaring makanan, dampaknya tak hanya pada lingkungan dan alam saja, tetapi juga pada kesehatan semua makhluk yang terlibat di dalamnya, termasuk manusia. Tahapan Jaring-Jaring Makanan Jaring-Jaring Makanan di Laut dan Bahan Kimia Berbahaya Cara Mengurangi Risiko Keracunan Merkuri Racun Yang Berasal Dari Sungai Tercemar Mengendap Paling Banyak Pada Tahapan Jaring-Jaring Makanan Secara sederhana, fase jaring-jaring makanan yang bermula dari tumbuhan dapat diumpamakan seperti berikut ini Tahap pertama, tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk berfotosintesis, lalu membentuk biji, daun, dan buah. Tahap kedua, tumbuhan, misalnya rumput, dikonsumsi oleh sapi sebagai herbivora atau konsumen tingkat 1. Tahap ketiga, sapi dikonsumsi oleh manusia sebagai konsumen tingkat 2 atau karnivora atau konsumen puncak. Tahap keempat, jasad manusia yang mati diuraikan oleh cacing dan bakteri lain yang kemudian dimanfaatkan tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Jaring-jaring makanan ini juga berlaku di laut. Tahap pertama diawali dengan fotosintesis plankton, alga, dan bakteri sebagai produsen primer. Selanjutnya, produsen primer ini dimakan oleh ikan dan kemudian ikan tersebut dikonsumsi manusia. Namun, persoalan baru muncul saat perairan tercemar, karena dapat membuat ikan terkontaminasi limbah, baik di laut maupun sungai. Jika dikonsumsi manusia, tentu ikan yang terkontaminasi limbah ini akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Jaring-Jaring Makanan di Laut dan Bahan Kimia Berbahaya Dalam konsep jaring-jaring makanan, racun dalam ikan yang terkontaminasi limbah akan terakumulasi dan dapat masuk ke tubuh manusia saat dikonsumsi. Padahal, konsumsi ikan dan hewan laut sangat diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, mineral, dan lemak baik seperti omega-3. Pencemar umumnya adalah bahan kimia tidak larut, yang jika dilepaskan ke alam dapat terakumulasi dalam jaring-jaring makanan. Jika terakumulasi, konsumsi bahan makanan yang berasal dari alam ini dapat mengganggu kesehatan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Bahan pencemar ini biasanya akan menetap di dalam tubuh hewan-hewan laut, hingga akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Salah satu contohnya adalah merkuri. Sebagian besar merkuri pada ikan dapat ditoleransi oleh tubuh manusia. Namun, jika kadar merkuri pada hewan laut sudah terlalu tinggi, tubuh tidak bisa menoleransinya lagi. Anak-anak dan ibu hamil merupakan golongan yang sangat rentan terkena efek negatif dari merkuri. Hal ini karena merkuri dalam kadar tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan sistem saraf janin. Cara Mengurangi Risiko Keracunan Merkuri Jika tidak tahu pasti apakah ikan atau hewan laut yang dikonsumsi benar-benar bebas merkuri dan bahan pencemar lain, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko keracunan merkuri, di antaranya Batasi konsumsi hewan laut, terutama ketika Anda sedang hamil. Hindari memancing ikan yang akan Anda konsumsi di surface area yang berisiko tinggi terpapar merkuri. Pastikan ikan yang Anda konsumsi diambil dari lingkungan yang bersih dan jauh dari tempat pembuangan limbah. Segera cuci tangan dengan sabun setelah melakukan aktivitas yang berisiko tinggi terpapar merkuri. Rutinlah melakukan tes darah untuk mengetahui kadar merkuri di dalam tubuh, terutama sebelum hamil. Selain merkuri, Anda juga harus mewaspadai kontaminasi pestisida dalam jaring-jaring makanan, teruatama ekosistem air tawar di sekitar lahan pertanian. Ada pula bahan pencemar lain yang banyak terdapat di perairan, yaitu bisphenol A BPA yang merupakan salah satu bahan dasar pembuat plastik. Limbah plastik yang menuju ke laut akan terpecah menjadi serpihan yang lebih kecil mikroplastik. Mikroplastik ini dapat terserap dan terakumulasi di dalam tubuh hewan laut. Saat hewan laut dikonsumsi manusia, partikel mikroplastik ini dapat masuk ke dalam tubuh dan memengaruhi kinerja beberapa organ, seperti hati, ginjal, dan usus. Jadi, sampah plastik yang di buang ke laut sangat berdampak buruk pada jaring-jaring makanan, dan akhirnya akan membahayakan diri Anda sendiri sebagai konsumen puncak. Pastikan Anda lebih bijak dalam mengelola alam, agar manfaatnya dapat dirasakan hingga ke generasi yang akan datang. Jika Anda mengalami gejala keracunan merkuri, seperti sulit mendengar dan berbicara, otot melemah, sulit berjalan, bahkan sulit melihat, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
racun yang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada
Limbahpemukiman masayarakat sangat banyak dampaknya bagi pertumbuhan makhluk hidup terutama bagi manusia, seperti penyakit diare, tifus bahkan ada juga yang demam, batuk berdarah karena virus yang berasal dari sampah yang tidak diolah dengan baik. Limbah pemukiman masyarakat sudah merupakan salah satu hal yang harus ditangani dengan baik dan Palembang - Bersantai di kursi kayu panjang di depan rumah, menjadi keseharian Tina 66 nyaris tiap sore. Warga Jalan Sungai Tawar 1 Palembang ini, seakan tidak menghiraukan aroma busuk yang meruap dari anak Sungai Musi Palembang, yang membentang di depan rumahnya. Dia sangat paham dengan bau tidak sedap dari genangan sampah, yang mengapung di Sungai Tawar di depan rumahnya itu. Nenek 17 cucu ini seakan enggan melempar tatapannya ke arah genangan sampah, karena sudah menjadi pemandangan sehari-harinya. Alasannya cukup sederhana. Tak ada yang berubah dari hari ke hari, meskipun setiap hari para petugas kebersihan mengambil sampah di pangkal sungai. Namun ditumpuk lagi di bawah jembatan Sungai Tawar 1 Palembang Meskipun nyaman tinggal selama enam tahun di rumah kontrakannya, Tina kerap merasa gelisah. Jika anak cucunya mengalami sakit, akibat tumpukan sampah yang sudah lama menggenang dan mengendap itu. “Saya sering ribut dengan petugas kebersihan, karena mereka sering meletakkan sampah berbau busuk di depan rumah saya, bukannya mengangkutnya ke mobil sampah. Seperti pampers bayi yang masih ada kotorannya hingga bangkai hewan. Saya takut cucu saya yang masih kecil-kecil ini terserang penyakit, akibat bakteri dari tumpukan sampah yang tidak diangkut ini,” ujarnya kepada Jumat 6/12/2019. Praktisi Soroti Lambannya Kemenhub Tetapkan Tarif Angkutan Penyeberangan Pertama Kali, Nasib Hiu di Sungai Musi Berakhir Jadi Ikan Asin Piala Adipura di Tengah Lautan Sampah Permukiman Kumuh Kota Palembang Tidak adanya tindak lanjut dari petugas kebersihan untuk mengangkat genangan sampah ini, membuat Tina bersama para warga kebingungan. Meski pun mereka juga turut membuang sampah di aliran anak Sungai Musi ini, namun banyak juga sampah yang terseret dari anak sungai lainnya lalu bermuara ke tempat tinggalnya. Hampir setiap sore juga, warga dari pasar tradisional terdekat juga, sering membuang sampah dari atas jembatan ke arah sungai. Kondisi diperparah dengan tidak adanya fasilitas bak sampah di sekitar kawasannya. Meski tahu kondisi air di Sungai Tawar sangat tercemar dengan genangan sampah, namum anak-anak kecil di kawasan tersebut sering bermain air di sungai ini. Bahkan, mereka dengan girang berenang bersama teman sebayanya, ketika air mulai pasang dan hujan deras turun. “Kalau musim kemarau memang banyak sampahnya dan mengendap. Tapi kalau musim hujan, banyak sampahnya mengalir ke arah Sungai Musi dan airnya tidak keruh lagi. Makanya anak-anak sering berenang di sini,” ucapnya. Kendati dia dan keluarganya tidak pernah mengalami sakit parah, namun Tina mengakui, cucu-cucunya sering mengidap gatal di sekujur tubuh hingga diare. Penyakit yang diduga berasal dari sentuhan air tercemar itu, diakuinya tidak bisa lagi terelakkan. Tak hanya ancaman penyakit dan aroma bau busuk yang setiap hari mengganggu aktivitas warga sekitar, tiap malam mereka harus berselimut kelambu. Sebab, serangan nyamuk sangat banyak dan bisa membawa beragam jenis penyakit. Pemandangan genangan sampah menahun juga terjadi di Lorong Masjid Jami Kecamatan Plaju Palembang. Setiap sore, di ujung deretan rumah panggung ini, anak-anak kecil hingga orang dewasa beraktifitas di pinggir Sungai Musi. Ada yang berenang, menggosok gigi, mencuci pakaian dan piring hingga mengguyur tubuhnya dengan air sungai. Mereka seakan lupa akan genangan sampah berbau busuk, yang berada tak jauh dari tempat mereka mandi. Emi 37, salah satu warga sekitar mengatakan, aktifitas mandi di pinggir Sungai Musi menjadi keseharian warga sekitar. Air Sungai Musi sangat berbeda dengan air yang mengalir di bawah rumahnya, yang terkontaminasi dengan genangan sampah. “Kalau genangan sampah di bawah rumah panggung kami ini, sudah lama dan berbau busuk. Tapi tidak bisa dialiri ke Sungai Musi, karena terhalang enceng gondok di tepian Sungai Musi. Mau diapain lagi, karena sulit untuk mengangkut sampah-sampah ini,” ucapnya. Anak-anak bermain dengan girang meskipun aroma busuk dari sampah yang menggenang di Sungai Tawar, anak Sungai Musi Palembang ini mengganggu pernapasan / Nefri IngeDia menceritakan kecemasannya karena kondisi air keruh di bawah rumah panggungnya, bisa mengancam kesehatannya dan anak-anaknya. Namun hingga saat ini, tidak ada kontribusi dari pihak pemerintah, untuk mengangkut sampah dari bawah rumahnya. Dua lokasi di Jalan Sungai Tawar 1 dan Jalan Masjid Jami Plaju Palembang tersebut, ternyata masuk dalam sampling Nilai Status Mutu Air Pemantauan Sungai Skala Nasional Badan Lingkungan Hidup BLH Sumatera Selatan Sumsel. Kondisi air sungai di dua lokasi warga tersebut, masuk dalam kategori air sungai yang tercemar berat. Kepala Seksi Kasi Pengendalian Pencemaran Lingkungan BLH Sumsel Rezawahya mengatakan, ada 21 sungai di Sumsel yang menjadi sampel nilai status mutu air yang mereka teliti tahun 2018. Dari puluhan sungai yang diteliti, 13 sungai masuk kategori tercemar berat kelas 4, lima sungai tercemar sedang kelas 3 dan tiga sungai tercemar ringan kelas 2. Dari 13 sungai tercemar berat, sungai terbanyak yang tercemar berasal dari Kota Palembang Sumsel. Sedangkan tujuh sungai lainnya menyebar di berbagai kabupaten di Sumsel. Dimana, klasifikasi status mutu air dibagi dalam empat kelas. Yaitu Kelas 1 berstatus baik karena memenuhi Baku Mutu Lingkungan BML, Kelas 2 berstatus baik atau tercemar ringan, Kelas 3 berstatus sedang atau tercemar sedang dan Kelas 4 berstatus buruk atau tercemar berat. Untuk di kawasan Palembang sendiri, ada enam sungai yang diteliti dan semuanya masuk dalam kategori tercemar berat. Yaitu Sungai Musi di kawasan Gandus, Sungai Keramasan dan Sungai Ogan Kertapati, Sungai Musi di kawasan Jembatan Ampera, Sungai Komering di Plaju dan Sungai Musi di kawasan Borang Palembang. “Dua lokasi warga tersebut masuk dalam enam sungai kita teliti dan airnya sudah tercemar berat. Pencemaran didominasi dari Escherichia Coli E Colimanusia, yaitu dari pembuangan tinja, air pembuangan, kotoran hewan peliharaan dan lainnya yang berasal dari rumah warga,” ujarnya. Kadar pencemaran dilihat dari hasil pengambilan sampling air selama musim hujan, musim kemarau, pasang surut dan pasang naik dalam satu tahunnya. Ada 28 parameter yang digunakan untuk menentukan pencemaran air sungai di Sumsel, diantaranya Biological Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, Fecal Coli dan Total Berbagai PenyakitPara warga Kecamatan Plaju Palembang asyik berenang di tepian Sungai Musi Palembang, yang tercemar parah bakteri E Coli / Nefri IngeSeperti di Sungai Musi di kawasan Plaju, hasil dan evaluasi parameter Coliform Tinja dari total tahap 1 dan 2 yaitu di angka 600 jlh/100ml, sedangkan baku mutu Coliform Tinja hanya 100jlh/100ml. Ada juga hasil dan evaluasi parameter Total Coliform, yang berasal dari limbah rumah selain tinja. Dari tahap 1 dan tahap 2 sampling yang ditotalkan, berjumlah jlh/100 ml. Sedangkan standar baku mutu Total Coliform hanya di angka jlh/100ml. “Biasanya kualitas air yang sebenarnya terlihat saat musim kemarau, karena tidak tercampur dengan air hujan. Kita mengambil sampel air dari sungai yang luas, kemungkinan total Coliform akan lebih tinggi, jika kami melakukan sampling di anak sungai yang penuh genangan sampah,” ucapnya. Dari hasil sampling di tahun 2018 ini, dia menyimpulkan bahwa hampir 80 persen air sungai di Kota Palembang sudah tercemar bakteri E Coli yang parah. Ini juga menjadi tugas berat bagi Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Palembang, yang mengambil pasokan air dari aliran Sungai Musi di kawasan Gandus Palembang. Dari data Dinas Kesehatan Dinkes Palembang, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue DBD yang berasal dari kawasan kumuh dan tercemar, memang tidak sebanyak penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA dan Diare. Namun, permasalahan tumpukan sampah bisa juga memicu beragam penyakit. Kepala Dinkes Palembang Letizia mengatakan, tumpukan sampah bisa menjadi sarang kuman, yang akan disebarkan ke manusia melalui lalat dan kecoa. Apalagi tidak membiasakan hidup sehat dan terkontaminasi dengan air yang tercemar. Jika warga tinggal di lingkungan penuh sampah dan kumuh, berbagai penyakit bisa menyerang, seperti diare, gatal-gatal, DBD dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA. “Kalau DBD ini melonjak saat musim hujan saja, namun jika terkontaminasi dengan air yang tercemar atau tidak mencuci tangan saat makan, bisa terjangkit Diare dan gatal-gatal. Kalau ISPA memang sedang tinggi, tidak hanya saat kabut asap saja, tapi bisa dari banyaknya kuman di udara dari lingkungan sekitar,” ucapnya. Buruknya pola hidup di lingkungan kumuh juga, berdampak pada penyebaran virus DBD. Terlebih memasuki musim penghujan. DBD paling banyak di bulan Januari dan Febuari, ketika curah hujan tinggi. Seperti di bulan Januari 2019 sebanyak 152 orang penderita DBD, menurun di bulan Febuari 125 pasien dan terus menurun ke angka 20 pasien di Bulan Agustus dan hanya ada peningkatan sedikit di bulan September-Oktober 2019. Berbeda halnya dengan Diare yang dari awal Januari 2019 hanya pasien, meningkat di bulan Mei sebanyak pasien dan terus melonjak hingga bulan Agustus 2019 sebanyak pasien. Di bulan September-Oktober 2019 hanya mengalami sedikit Kualitas AirAnak-anak di Jalan Masjid Jami Palembang berlarian di kawasan pemukiman penuh sampah di tepian Sungai Musi Palembang / Nefri IngeDaerah yang banyak menampung air dan tidak dibersihkan, bisa memicu bintik nyamuk DBD. Nyamuk DBD biasanya berkembang biak di air yang tergenang. Seperti tempat penampungan atau sampah yang tidak dibuang, seperti ban bekas atau plastik-plastik. “Dinkes Palembang terus mengantisipasi penyebaran bintik-bintik nyamuk DBD. Salah satunya dengan menyosialisasikan program 3M. Yaitu Menguras bak mandi secara, Menutup tempat penampungan air dan Menyingkirkan barang bekas,” katanya. Persoalan sampah yang mencemari Sungai Musi, juga diamini oleh Ketua Komisi Konservasi Sumber Daya Alam SDA Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera BBWSS VIII Kamlan Jamseri. Pencemaran Sungai Musi paling besar berasal dari kebiasaan manusia membuang sampah ke sungai. Karena masyarakat Indonesia menganggap, tempat pembuangan sampah terpanjang dan terbesar adalah sungai. Bahkan, Indonesia masuk urutan ke-2 sebagai negara pembuang sampah plastik terbanyak di dunia. Terutama masyarakat yang tinggal dan hidup di pinggiran Sungai Musi, menjadi penyumbang besar pencemaran air sungai. Mereka juga langsung bersentuhan dengan air sungai yang banyak terkontaminasi E Coli. “Padahal, di negara maju, seluruh kotoran manusia dan air buangan rumah tangga diolah di IPAL Komunal. Sehingga, air hasil prosesnya yang sudah bersih dari kuman, kembali ke sungai dan tidak mencemari lingkungan,” ucapnya. Salah satu aspek pencemaran air di Sungai Musi adalah, banyaknya biota laut yang langka ditemukan. Lalu, tidak ada kupu-kupu dan capung yang beterbangan di pinggiran Sungai Musi untuk meletakkan telurnya, karena airnya sudah tercemar.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. racunyang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada a. Plankton B. ikan kecilC. ikan besar D. manusia . Question from @anisaluthfiana2008 - Biologi anisaluthfiana2008 @anisaluthfiana2008. April 2022 0 5 Report. racun yang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada a. Plankton B. ikan kecil C. ikan besar
Home Demografi Jumlah Desa/Kelurahan di Indonesia yang Memiliki Sungai Tercemar Limbah 2021 A Font Kecil A Font Sedang A Font Besar Banyak sungai di desa/kelurahan yang tercemar di Indonesia. Pencemaran paling banyak berasal dari limbah rumah tangga. Data Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan, sebanyak desa/kelurahan di Indonesia memiliki sungai. Dari jumlah itu, desa/kelurahan memiliki sungai yang tercemar limbah. Mayoritas atau desa/kelurahan di Tanah Air memiliki sungai tercemar yang berasal dari limbah rumah tangga. Sebanyak desa/kelurahan memiliki sungai yang tercemar dari limbah pabrik/industri/usaha. Ada juga desa/kelurahan memiliki sungai tercemar yang berasal dari limbah lainnya. Pencemaran sungai terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Sebanyak desa/kelurahan di Jawa Tengah memiliki sungai yang tercemar dari limbah rumah tangga. Jumlah itu menjadi yang terbanyak dibandingkan provinsi lainnya. Sementara, jumlah desa di Jawa Barat yang memiliki sungai tercemar limbah pabrik/industri/usaha menjadi yang terbanyak, yakni 787 desa/kelurahan. Baca Juga Pencemaran Air Terjadi di 10 Ribu Desa/Kelurahan Indonesia Data Stories Terkini Topik Trending Databoks Indonesia Portal data ekonomi dan bisnis. Bagian dari Katadata Indonesia.
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, pencemaran perairan sungai yang diakibatkan oleh pembuangan limbah industri mengakibatkan semakin tercemarnya kelestarian ekosistem. seperti yang pernah terjadi di sungai ciliwung kemarin. banyak ikan mati akibat air sungai tercemar limbah industri. usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi pencemaran
Pencemaran sungai seakan sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia dan kondisi ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak hal. Padahal, air sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat Indonesia. Lalu, apa saja yang bisa menjadi penyebab tercemarnya air sungai? Yuk simak ulasannya! Penyebab Air Sungai Tercemar di Indonesia Limbah dan Sampah Permasalahan yang paling sering dialami oleh sungai-sungai yang ada di Indonesia adalah limbah dan sampah. Banyak limbah pabrik di Daerah Aliran Sungai DAS yang dibuang begitu saja di sungai tanpa melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. Akibatnya, banyak zat beracun yang turut terbuang ke dalam sungai. Selain limbah, sampah juga tak kalah populernya sebagai penyebab tercemarnya sungai di Indonesia. Sampah ini berasal dari para warga di sekitar bantaran atau TPA yang berada di bibir sungai. Akibatnya, sampah ini ikut terbawa air sungai dan ada pula yang mengendap di dasar sungai. Penambangan Selain limbah dan sampah, aktivitas penambangan juga sering menjadi sebab pencemaran pada sungai. Penambangan yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan sedimentasi parah di dasar sungai. Akibatnya, sungai menjadi dangkal dan airnya pun mengering. Bisa dikatakan penyebab utama dari rusaknya sungai di Indonesia adalah aktivitas manusia yang mengeksploitasi sungai tanpa batas. Mulai dari penambangan pasir hingga limbah pabrik yang penuh racun. Padahal, air sungai juga masih dimanfaatkan oleh warga untuk keperluan sehari-hari.
fz0wtv.
  • q52f5459r3.pages.dev/542
  • q52f5459r3.pages.dev/545
  • q52f5459r3.pages.dev/175
  • q52f5459r3.pages.dev/400
  • q52f5459r3.pages.dev/352
  • q52f5459r3.pages.dev/252
  • q52f5459r3.pages.dev/195
  • q52f5459r3.pages.dev/593
  • racun yang berasal dari sungai tercemar mengendap paling banyak pada